BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu alat
komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui
apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas
manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian
bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas
kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa,
manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah
dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum
terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu
terasa nyata dan terungkap.
Era globalisasi dewasa ini mendorong
perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau
bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan
sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa
Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung
memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan
di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak
dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih
baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia.
Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa.
Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana
perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu
dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia,
yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin
menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
pada masa prakemerdekaan?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan Bahasa Indonesia
pada masa pascakemerdekaan?
3.
Apa saja peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi
perkermbangan bahasa Indonesia?
4.
Bagaimana sejarah ejaan Bahasa Indonesia (Ejaan
Yang Disempurnakan)?
5.
Bagaimana Perkembangan Bahasa Indonesia pada
masa reformasi?
6.
Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas
maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa
Indonesia pada masa prakemerdekaan
2.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan Bahasa
Indonesia pada masa pascakemerdekaan
3.
Untuk mengetahui Peristiwa-peristiwa yang
mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
4.
Untuk mengetahui sejarah ejaan Bahasa Indonesia
(Ejaan Yang Disempurnakan)
5.
Untuk mengetahui perkembangan Bahasa Indonesia
pada masa reformasi
6.
Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa
Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia pada
Masa Prakemerdekaan
Pada dasarnya Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu di
pakai sebagai bahasa penghubung antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa yang
di gunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar
Nusantara.
Perkembangan dan
pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan-peninggalan misalnya:
·
Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye
Tujoh, Aceh pada tahun 1380
·
Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun
683.
·
Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun
684.
·
Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun
686.
·
Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi,
pada Tahun 688.
Dan pada saat
itu Bahasa Melayu telah berfungsi sebagai:
·
Bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang
berisia aturan-aturan hidup dan sastra.
·
Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di
indonesia
·
Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di
Indonesia maupun pedagang yang berasal dari luar indonesia.
Bahasa resmi kerajaan.
Bahasa
melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam
di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya
karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa
perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar
kerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan
mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh
karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Ada empat faktor
yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
·
Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di
Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
·
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari
karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan
bahasa halus).
·
Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya
dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional
·
Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk
dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk
yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan
Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas
di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung
Malaya.
Pada akhir abad ke-19 pemerintah
kolonial Hindia-Belanda melihat bahwa bahasa Melayu (Tinggi) dapat dipakai
untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi. Pada periode ini
mulai terbentuklah “bahasa Indonesia” yang secara perlahan terpisah dari bentuk
semula bahasa Melayu Riau-Johor. Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan
sebagai lingua franca (bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak
yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa
daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada pertengahan 1800-an, Alfred
Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa “penghuni Malaka
telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang
paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang
paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah
bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu
pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan
Van Ophuijsen sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi
ejaan Wilkinson.
B.
Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia pada Masa Pascakemerdekaan
Berhubung
dengan menyebar Bahasa Melayu ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya
agama islam di wilayah nusantara. Serta makin berkembang dan bertambah kokoh
keberadaannya, karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara
sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar
bangsa dan antar kerajaan.
Perkembangan bahasa Melayu di
wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan
rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa
Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal
28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara
berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:
·
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah
darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
·
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa
yang satu, Bangsa Indonesia.
·
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku
menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar para pemuda ini di kenal
dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan
pernyataan tekad bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa
indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia di kokohkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Bahasa Indonesia di nyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang-Undang Dasar
1945 di sahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam
UUD 1945 di sebutkan bahwa “Bahasa Negara Adalah Bahasa Indonesia,(pasal 36).
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Kini bahasa indonesia di pakai oleh berbagai lapisan masyarakat
indonesia.
Peristiwa-peristiwa
yang mempengaruhi perkermbangan bahasa Indonesia
a.
Budi
Otomo.
Pada
tahun 1908, Budi Utomo yang merupakan organisasi yang bersifat kenasionalan
yang pertama berdiri dan tempat terhidupnya kaum terpelajar bangsa Indonesia,
dengan sadar menuntut agar syarat-syarat untuk masuk ke sekolah Belanda
diperingan,. Pada kesempatan permulaan abad ke-20, bangsa Indonesia asyik
dimabuk tuntutan dan keinginan akan penguasaan bahasa Belanda sebab bahasa
Belanda merupakan syarat utam untuk melanjutkan pelajaran menambang ilmu
pengetahuan barat.
b.
Sarikat
Islam.
Sarekat
islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya bergerak dibidang
perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan politik jga. Sejak berdirinya,
sarekat islam yang bersifat non kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang
politik tidak perna mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan
ialah bahasa Indonesia.
c.
Balai
Pustaka.
Dipimpin
oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini didirikan. Mulanya badan
ini bernama Commissie Voor De Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah
menjadi balai pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga
menerbitkan majalah.
Hasil yang diperoleh dengan
didirikannya balai pustaka terhadap perkembangan bahasa melau menjadi bahasa
Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut :
·
Meberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang
bangsa Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa melayu.
·
Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia
untuk membaca hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa melayu.
·
Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan
masyarakat sebab melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami
oleh bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
Balai pustaka juga memperkaya dan
memperbaiki bahasa melayu sebab diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
karangan yang akan diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa
melayu yang bersusun baik dan terpelihara.
d.
Sumpah
Pemuda.
Kongres
pemuda yang paling dikenal ialah kongres pemuda yang diselenggarakan pada tahun
1928 di Jakarta. Pada hal sebelumnya, yaitu tahun 1926, telah pula diadakan
kongres p[emuda yang tepat penyelenggaraannya juga di Jakarta. Berlangsung
kongres ini tidak semata-mata bermakna bagi perkembangan politik, melainkan
juga bagi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Dari
segi politik, kongres pemuda yang pertama (1926) tidak akan bisa dipisahkan
dari perkembangan cita-cita atau benih-benih kebangkitan nasional yang dimulai
oleh berdirinya Budi Utomo, sarekat islam, dan Jon Sumatrenan Bond. Tujuan
utama diselenggarakannya kongres itu adalah untuk mempersatukan berbagai
organisasi kepemudaan pada waktu itu.
Pada
tahun itu organisasi-organisasi pemuda memutuskan bergabung dalam wadah yang
lebih besar Indonesia muda. Pada tanggal 28 Oktober 1928 organisasi pemuda itu
mengadakan kongres pemuda di Jakarta yang menghasilkan sebuah pernyataan
bersejarah yang kemudian lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Pertanyaan
bersatu itu dituangkan berupa ikrar atas tiga hal, Negara, bangsa, dan bahasa
yang satu dalam ikrar sumpah pemuda.
Peristiwa ini
dianggap sebagai awal permulaan bahasa Indonesia yang sebenarnya, bahasa
Indonesia sebagai media dan sebagai symbol kemerdekaan bangsa. Pada waktu itu
memang terdapat beberapa pihak yang peradaban modern. Akan tetapi, tidak bisa dipumgkiri
bahwa cita-cita itu sudah menjadi kenyataan, bahasa Indonesia tidak hanya
menjadi media kesatuan, dan politik, melainkan juga menjadi bahasa sastra
indonesia baru.
C.
Sejarah
Perkembangan EYD
Ejaan
merupakan cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu
bahasa. Dengan adanya ejaan diharapkan para pemakai menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar sesuai aturan-aturan yanga ada. Sehingga
terbentuklah kata dan kalimat yang mudah dan enak didengar dan dipergunankan dalam
komonikasi sehari hari. Sesuai dengan apa yang telah diketahui bahwa
penyempurnaan ejaan bahsa Indonesia terdiri dari:
a.
Ejaan
van Ophuijsen
Ejaan
ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim
menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian
dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial
pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
·
Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai
akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï
dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
·
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah,
sajang, dsb.
·
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,
itoe, oemoer, dsb.
Tanda diakritik, seperti koma ain
dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.
b.
Ejaan
Soewandi
Ejaan
Soewandi adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17
Maret 1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan
sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
·
Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru,
itu, umur, dsb.
·
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k
pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
·
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti
pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
·
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.
Perbedaan-perbedaan
antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:
·
huruf ‘oe’ menjadi ‘u’, seperti pada goeroe →
guru.
·
bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya
dinyatakan dengan (‘) ditulis dengan ‘k’, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.
·
kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti
ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
·
awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ kedua-duanya
ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan ‘di’ pada contoh
dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan ‘di-’ pada dibeli, dimakan.
Ejaan Soewandi ini berlaku sampai
tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada masa
menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang
Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai
menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang
melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi
Jl. Cilacap.
c.
Ejaan
Yang Disempurnakan
Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh
Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama
tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati
oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang
Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No.
57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu
Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru
bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul
“Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
Pada tanggal 12 Oktober 1972,
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan
buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan
kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah”.
Ø
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan
sebelumnya adalah:
·
‘tj’ menjadi ‘c’ : tjutji → cuci
·
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
·
‘oe’ menjadi ‘u’ : oemoem -> umum
·
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
·
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
·
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
·
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
·
awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan
penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya
dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya.
Perkembangan
Bahasa Indonesia Masa Reformasi
Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers):
Bertambahnya
jumlah kata-kata singkatan (akronim);
Banyak
penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat kabar.
Pers telah
berjasa dalam memperkenalkan istilah baru, kata-kata dan ungkapan baru, seperti
KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), kroni, konspirasi, proaktif, rekonsiliasi,
provokator, arogan, hujat, makar, dan sebagainya.
Bahasa Indonesia sudah mulai
bergeser menjadi bahasa kedua setelah Bahasa Inggris ataupun bahasa gaul.
Selain itu, dipengaruhi pula oleh media iklan maupun artis yang menggunakan
istilah baru yang merupakan penyimpangan dari kebenaran cara berbahasa
Indonesia maupun mencampuradukan bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia, yaitu:
·
Sebagai bahasa persatuan (alat perhubungan
antardaerah dan antarbudaya
Bahasa nasional;
·
Bahasa resmi
·
Bahasa budaya dan Bahasa ilmu
·
Sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
·
Pendidikan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat
disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa
melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia)
karena :
Bahasa melayu sudah merupakan lingua
franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari
karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan
bahasa halus).
Suku
jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
Bahasa melayu
mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang
luas.
B.
Saran
Bahasa
Indonesia yang kita ketahui sebagai mana dari penjelasan terdahulu memiliki
banyak rintangan dan kendala untuk mewujudkan menjadi bahasa pemersatu, bahasa
nasional, bahasa Indonesia. Sehingga kita sebagai generasi penerus mampu untuk
membina, mempertahankan bahasa Indonesia ini, agar tidak mengalami kemerosotan
dan diperguna dengan baik oleh pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2013.
Makalah Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia,
http://selidik86.blogspot.com/2013/03/makalah-sejarah-perkembangan-bahasa_9.htmlV
, diakses pada Jumat, 12 September 2014 pukul 09:34
Anak Pesisir.
2012. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
diakses pada Rabu, 10 September 2014 pukul 01.00
Kartika Nur
Ramadha. 2009. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia.html,
diakses pada Rabu, 10 September 2014 pukul 01.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar